Selasa, 03 November 2015

Sopan Santun dalam Filsafat - Refleksi Filsafat Ilmu



Tulisan ini merupakan refleksi dari perkuliahan filsafat ilmu dengan Prof. Marsigit pada tanggal 21 dan 28 Oktober 2015.

Perkuliahan yang dimulai pada pukul 07.30 WIB di ruang PPG 1 Lab. FMIPA UNY diawali dengan tes jawab singkat. Pada tanggal 21 Oktober 2015, tes yang dilakukan bertemakan wadah dan isi. Sedangkan untuk tanggal 28 Oktober 2015, tes yang dilakukan bertemakan spiritualisme, materialisme, dan formalitas.
Setelah itu, perkuliahan dilanjutkan kembali dengan tanya jawab. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan oleh kami dalam forum tersebut, dan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut ada satu keterkaitan antara jawaban Prof. Marsigit terhadap pertanyaan yang diajukan pada tanggal 21 Oktober 2015 dan pada tanggal 28 Oktober 2015 yaitu mengenai sopan santun dalam berfilsafat.
Pertanyaan pertama diajukan oleh Rusi Ulfa pada tanggal 21 Oktober 2015. Ia menanyakan mengenai apakah dalam filsafat ada yang membahas mengenai salah pengambilan keputusan. Kemudian Prof. Marsigit menjawab bahwa salah atau benar itu hanya satu titik kecil dalam filsafat dan perhatiannya juga ada tapi bukan satu-satunya. Benar dan salah itu sebanyak pikiran para filsuf sebagai nilai dan pedoman. Benar dan salah juga merupakan hal yang ada dan hal yang mungkin ada yang menjadi kajian filsafat. Salah dalam filsafat adalah tidak sesuai dengan ruang dan waktu. Kita harus adil terhadap yang ada dan yang mungkin ada sesampai dengan pikiran kita. Jadi, salah memutuskan adalah tidak sopan terhadap ruang dan waktunya yang ada dan yang mungkin ada.

Selanjutnya pada tanggal 28 Oktober 2015, pertanyaan diajukan oleh Tria Utari yang menanyakan mengenai bijak pada diri seseorang. Prof. Marsigit kemudian menjawab bahwa bijak itu adalah diriku sesuai dengan ruang dan waktu. Menurut filsafat barat, sebenar-benarnya bijak adalah pengetahuan itu sendiri. Namun filsafat timur kemudian menambahkan bahwa bijak pun harus disertai hati nurani. Seseorang yang bijak berarti seseorang yang sopan terhadap ruang dan waktu. Sopan terhadap ruang dan waktu itu adalah pengetahuan, karena seseorang tidak akan bisa berlaku sopan tanpa mengetahui terlebih dahulu, seperti orang yang ingin bersopan santun di jalan raya haruslah mengetahui aturan-aturan lalu lintas terlebih dahulu.

Mendengar jawaban yang diberikan Prof. Marsigit, saya kembali bertanya “apakah saya sudah memiliki sopan santun terhadap ruang dan waktu?”. Jawabannya belum dapat saya temukan hingga tulisan ini diterbitkan. Jika saya menjawab ya maka belum tentu orang lain yang melihat saya pun menjawab iya dan begitupun jika saya menjawab tidak. Karena yang dapat menilai diri kita itu sesungguhnya adalah orang lain, seperti yang pernah dikatakan Prof. Marsigit bahwa filsuf hebat pun tidak pernah merasa menjadi filsuf tetapi orang lain lah yang menyatakan bahwa ia adalah filsuf hebat.

1 komentar: