Minggu, 15 November 2015

Sejarah dan Beberapa Aliran Filsafat - Refleksi Filsafat Ilmu

Tulisan ini merupakan refleksi dari perkuliahan filsafat ilmu dengan Prof. Marsigit pada tanggal 4 November 2015. Perkuliahan yang dimulai pada pukul 07.30 WIB di ruang PPG 1 Lab. FMIPA UNY


Di dalam filsafat, yang menjadi pokok persoalan adalah mempelajari yang ada dan yang mungkin ada. Sifat-sifat keduanya sangat banyak, bahkan bermilyar-milyar pangkat bermilyar-milyar pun tidak mampu disebutkan oleh manusia karena keterbatasannya. Namun, keterbatasan itulah yang menjadikan manusia menjadi hidup di dunia ini. Hidup manusia adalah reduksionis. Contohnya orang yang ingin membuat akuarium dan rumah. Kedua orang tersebut akan membutuhkan bahan-bahan yang berbeda. Orang yang akan membuat akuarium, akan pergi ke toko akuarium untuk mebeli kaca, batu hias, lem, dsb. Sedangkan orang yang akan membuat rumah akan pergi ke toko bangunan untuk membeli semen, batu bata, pasir, dsb. Disadari atau tidak, hal-hal tersebut merupakan kegiatan mereduksi yang dilakukan oleh manusia.

Kembali lagi ke yang ada dan yang mungkin ada, keduanya memiliki banyak sifat. Misalnya bersifat tetap atau berubah. Tetap merupakan sifat yang dikemukakan oleh Permenides, sedangkan berubah dikemukakan oleh Herachitos. Kita ambil permisalan yang ada adalah segala hal di dunia, dimana hal-hal tersebut dapat bersifat tetap namun bisa juga berubah. Contohnya, diri manusia. Manusia yang kemarin, sekarang, ataupun esok hari bersifat tetap, yaitu tetap merupakan ciptaan Tuhan YME dan tidak pernah akan berubah. Sedangkan, dalam diri manusia pun terdapat perubahan, seperti usia, tinggi badan, tingkat berpikir, dsb.

Yang ada dan yang mungkin ada pun dapat bersifat tunggal atau mono dan dapat pula bersifat jamak atau plural. Aliran filsafat untuk yang bersifat tunggal adalah monoisme, sedangkan aliran filsafat yang bersifat jamak adalah pluralisme. Dalam mono, berdomisili para dewa, orang tua, abstrak. Sedangkan dalam plural berdomisili para daksa, anak-anak, konkrit.

Yang tetap biasanya ada di dalam pikiran dan yang berubah ada di luar pikiran. Yang di dalam pikiran disebut idealis dan filsafatnya disebut idealisme. Sedangkan yang di luar disebut realis dan filsafatnya disebut realisme. Idealisme merupakan aliran filsafat yang dikemukakan oleh Plato, sedangkan realisme merupakan aliran filsafat yang dikemukakan oleh Aristoteles.

Perjalanan filsafat dari zaman Yunani ke zaman modern membutuhkan waktu panjang dari tahun 3000 SM sampai tahun 1671 M. Pada abad ke-13 sampai ke-16, terjadi fase kegelapan dalam filsafat, yaitu munculnya pemikiran dominasi kebenaran oleh gereja. Pada fase tersebut, siapapun tidak boleh berbicara kebenaran kecuali orang-orang gereja, dan jika dilakukan maka orang tersebut akan mendapat hukuman. Karena hal tersebut, maka timbulah kebangkitan untuk membangkitkan filsafat lama. Adapun tokoh-tokohnya seperti Aristoteles dan Plato. Dunia Timur atau Dunia Islam pun berjasa dalam menyelamatkan dokumen Yunani Kuno dengan membawanya ke Timur setelah berperang dalam pertempuran-pertempuran, seperti pertempuran salib. Namun, setelah Dunia Timur kalah, dokumen tersebut ditemukan kembali oleh orang Dunia Barat dan dijadikan sebagai modal lahirnya era modern.

Pada era modern, berkembanglah aliran filsafat rasionalisme dan empirisisme. Filsafat rasionalisme dikemukakan oleh Rene Descartes yang mengungkapkan bahwa ilmu itu bersifat analitik a priori atau dengan kata lain hanya menggunakan pemikiran yang berisi intuisi, aksioma, postulat. Sedangkan, filsafat empirisisme dikemukakan oleh David Hume yang menyatakan bahwa ilmu itu bersifat sintesis a posteriori atau dengan kata lain hanya menggunakan pengalaman. Kemudian, muncullah Immanuel Kant yang mengatakan bahwa sebenar-benar ilmu adalah jika sintetik apriori, dimana ada pemikiran dan juga ada pengalaman. Aliran Kant ini selanjutnya disebut Kantianisme.

Selanjutnya, muncul aliran Transendentalisme. Aliran ini lahir karena adanya paham mengenai pemikiran pada dewa atau transenden. Menurutnya, pikiran itu ada dunia atas, yaitu dunianya para transenden dan dunia bawah, yaitu dunianya para daksa atau koresponden. Dunia bawah berdasarkan persepsi dan kesadaran, sedangkan dunia atas berdasarkan imajinasi dan melahirkan sensasi. Dari pemikiran tersebut, maka lahirlah yang namanya pengetahuan. Tak hanya itu, lahir pula bentuk formal, logisism, dan koherentisme.


Waktu pun terus berlalu dan filsafat kemudian sampai di era bendungan yang Prof. Marsigit sebut sebagai bendungan Comte. Auguste Comte merupakan mahasiswa politeknik Perancis yang kemudian drop out dan membuat positivisme. Intisarinya adalah yang konkrit dan jangan gunakan hal yang tidak masuk akal seperti agama. Urutan dari yang terbawah mengenai cara memandang dunia menurut aliran ini adalah agama, ilmu, filsafat, positif atau scientific. Salah satu fenomena Comte adalah teknologi. Fenomena Comte ada yang makro dan ada yang mikro. Contohnya orang tidak ke mesjid karena sibuk bermain smartphone.

Manusia itu memiliki dimensi. Urutan dimensi manusia dari yang terbawah adalah archaic, tribal, tradisional, feodal, modern, postmodern, dan powernow. Indonesia adalah negara yang masyarakatnya dan bahkan pemimpinnya masih berada pada dimensi archaic, tribal, dan tradisional. Indonesia itu konteksnya luas, namun negaranya kecil, ideologinya kecil, jati dirinya kecil atau bahkan belum mempunyai jati diri. Setiap hari digempur habis-habisan oleh teknologi dari Sang Powernow seperti Amerika, Inggris, Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Tidak hanya itu, bahkan pendidikan di Indonesia sudah menganut paham-paham kapitalisme, utilarian, materialisme, hedonisme, liberalisme, dsb.


Untuk menanggulanginya maka manusia membutuhkan filsafat. Karena dalam belajar filsafat manusia harus menggunakan pikirannya sekritis mungkin, namun harus pula menetapkan hatinya. Hal ini dikarenakan pikiran manusia itu sangat rentan karena di dalamnya ada materi, formal, normatif, dan spiritual. Dengan demikian, manusia dapat memilah secara cerdas dan tidak menjadi bahan produk oleh powernow.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar