BELAJAR MEMAHAMI
HIDUP DENGAN FILSAFAT
Makalah Dibuat dalam Rangka Melengkapu Tugas-tugas
Perkuliahan Filsafat Ilmu dari Prof. Dr. Marsigit, M.A., Tahun Ajaran 2015/2016
Disusun Oleh:
Nurul Fitrokhoerani
(15709251026)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCA
SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2016
PENDAHULUAN
Hidup merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh
setiap manusia. Tidak hanya itu, setiap manusia pun memiliki mimpi tersendiri
akan kehidupan ideal bagi dirinya. Mimpi akan kehidupan ideal tersebut
sesungguhnya bersifat relatif, karena kehidupan ideal bagi seorang manusia
belum tentu menjadi kehidupan ideal bagi manusia yang lain. Perbedaan pandangan
manusia mengenai kehidupan inilah yang menjadikan dunia lebih berwarna.
Selain itu, jika diamati lebih mendalam, hidup juga
bersifat kontradiksi. Misalnya hidup dengan kebahagiaan akan berkontradiksi
dengan hidup dengan kesedihan atau hidup dengan kemewahan akan berkontradiksi
dengan hidup dengan kesederhanaan.
Kehidupan memang tidak akan pernah habis untuk
dibicarakan dan dibahas, terutama dalam bidang ilmu filsafat. Filsafat sendiri
merupakan suatu ilmu yang mempelajari akan seluruh fenomena kehidupan manusia
secara ekstensif dan intensif sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kritis
manusia. Meskipun filsafat sudah didefinisikan secara jelas, namun sesungguhnya
filsafat adalah pemikiran manusia itu sendiri dan pemikiran tersebut
diterjemahkan ke dalam bahasa yang sederhana sehingga dapat dengan mudah
dipahami oleh orang lain.
Keterkaitan yang sangat erat antara filsafat dan
kehidupan memang menarik untuk diulas, terutama mengenai makna hidup dalam
kacamata filsafat. Hal inilah yang kemudian menjadikan penulis untuk
membahasnya dalam makalah ini. Namun dalam makalah ini, makna kehidupan tidak
hanya dipandang dari segi filsafat secara umum tetapi juga dipandang dari
cabang-cabang filsafat yang lainnya.
PEMBAHASAN
A.
Definisi Hidup
Setiap
manusia di muka bumi ini pasti mengalami apa yang disebut dengan hidup. Tetapi
nampaknya tak akan ada satu orang pun yang dapat mendefinisikan hidup secara
pasti. Hal ini bisa jadi dikarenakan perspektif setiap manusia yang berbeda mengenai
arti hidup. Meskipun terdapat perbedaan akan definisi hidup, sesungguhnya hidup
dapat didefinisikan baik dari segi biologi, segi sosiologi bahkan segi
filsafat.
Jika
kata hidup dipandang dari sisi biologi, hidup dapat didefinisikan sebagai
sesuatu yang ada, nampak, dan berwujud pada manusia namun disertai dengan
adanya berbagai ciri-ciri. Ciri-ciri tersebut diantaranya bernafas, bergerak,
memerlukan makanan, tumbuh, berkembang biak, dan peka terhadap rangsangan. Selanjutnya,
hidup dalam ruang lingkup sosiologi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang
memiliki keterkaitan erat dengan perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk
interaksi dengan manusia yang lainnya. Dengan demikian, hidup dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang dilalui oleh manusia yang ditandai dengan
bernafas, tumbuh, bergerak, berkembang biak, dan peka terhadap rangsangan serta
di dalamnya terdapat suatu interaksi antara manusia yang satu dengan manusia
yang lainnya.
Namun,
definisi tersebut sesungguhnya hanya sebagian kecil saja dari definisi hidup
yang sesungguhnya, karena hidup yang dijalani oleh manusia pada hakikatnya
sangatlah beraneka ragam dan hanya bisa didefinisikan oleh manusia yang menjalaninya.
Ada yang mendefinisikan hidup sebagai suatu kebahagiaan, ada juga yang
mendefinisikan hidup sebagai suatu kesedihan, dan lain sebagainya. Jadi
sesungguhnya definisi hidup adalah relatif tergantung pada siapa yang
mengalaminya dan sebagai manusia yang menjalaninya, alangkah baiknya kita tidak
hanya mampu mendefinisikan hidup tetapi juga mampu memahami hakekat hidup serta
menjadikan hidup yang lebih bermanfaat bagi manusia yang lain.
B.
Pandangan Filsafat Terhadap Kehidupan Manusia
Manusia memiliki
kebebasan untuk memilih jalan hidupnya masing-masing dan tak ada satu manusia
pun yang dapat menghalanginya. Pilihan itu pun dapat beragam dan bahkan saling
berkontradiksi. Selain itu, alangkah baiknya jika manusia menjalani segala hal
di dalam hidupnya dengan menyesuaikan diri akan ruang dan waktu yang ada serta
menyadari posisinya dalam ruang dan waktu tersebut.
Filsafat merupakan
studi mengenai kehidupan manusia. Karenanya dalam filsafat, banyak pandangannya
yang mengulas kehidupan manusia baik secara eksplisit maupun implisit. Berikut
adalah beberapa pandangan filsafat tersebut.
1. Determinisme
Determinisme merupakan suatu pandangan
filsafat yang menyatakan bahwa dalam hidup manusia tidak terdapat kebebasan
untuk melakukan berbagai kegiatan. Manusia yang termasuk ke dalam determinis,
biasanya melakukan justifikasi pada suatu hal tanpa memikirkan terlebih dahulu
pilihan lain yang mungkin dapat menjustifikasi hal tersebut lebih baik. Misalnya
seseorang yang menilai bahwa anak-anak dari keluarga broken home memiliki kelakuan yang buruk. Penilaian akan anak
tersebut sesungguhnya merupakan bentuk deteminisme karena sesungguhnya tidak semua
anak dari keluarga broken home memiliki
kelakuan yang buruk.
2. Fabilisme
Fabilisme merupakan suatu pandangan
dalam filsafat yang mendukung pernyataan bahwa manusia dapat berlaku salah.
Pandangan ini layaknya cukup baik untuk diterapkan dalam hidup manusia
mengingat tidak sempurnanya diri manusia. Dengan menerapkan pandangan ini, kita
akan lebih menghargai kesalahan yang telah diperbuat, baik oleh diri sendiri
maupun oleh orang lain.
Fabilisme pun memandang bahwa kesalahan
adalah kebenaran. Misalnya kesalahan anak kecil dalam mempelajari matematika
dengan benda nyata merupakan suatu kebenaran bagi anak tersebut meskipun bagi
orang dewasa hal itu adalah kesalahan. Hal ini dikarenakan usia anak memanglah
saat dimana ia mempelajari matematika dengan pengalamannya termasuk
interaksinya dengan benda nyata.
3. Hedonisme
Saat ini, nampaknya banyak sekali
manusia yang memiliki pandangan hedonisme. Pandangan ini merupakan pandangan
hidup yang menjadikan kebahagiaan duniawi sebagai tujuan hidupnya. Orang-orang
hedonis akan melakukan berbagai upaya untuk mencari kebahagian duniawi
sebanyak-banyaknya. Salah satu ciri hedonisme sudah banyak merebak di kehidupan
masyarakat adalah banyaknya pusat perbelanjaan yang menjanjikan kebahagiaan
duniawi yang beragam.
4. Vitalisme dan Fatalisme
Vitalisme dan fatalisme bagaikan
sepasang sepatu yang tidak akan bermanfaat jika hanya digunakan salah satunya
saja. Vital dapat didefinisikan sebagai ikhtiar, sedangkan fatal adalah doa
atau takdir. Dalam hidup manusia, keduanya haruslah memiliki bobot yang sama.
Bayangkan saja jika ada seseorang yang menginginkan sebuah kendaraan namun
hanya berdoa dan meminta kepada Tuhannya saja tanpa adanya usaha. Apakah
mungkin orang tersebut mendapatkan kendaraan yang diinginkan? Jawabannya adalah
tidak. Begitupun jika kondisi tersebut ditukar. Jawaban yang mungkin dihasilkan
bisa saja iya, namun yang didapat orang tersebut bukanlah suatu hal yang berkah
dan bermanfaat. Selain itu, jawabannya pun bisa saja tidak, jika dia hanya
berusaha namun Tuhan tidak mengizinkannya karena dia tidak pernah berdoa.
5. Positivisme
Pandangan ini merupakan pandangan yang
dimunculkan pertama kali oleh Auguste Comte. Manusia yang memiliki pandangan
ini menganggap bahwa teknologi adalah dewa. Hal ini sesungguhnya tengah terjadi
pada kehidupan manusia di zaman saat ini dimana teknologi sudah bukanlah hal
yang mahal. Tidak hanya mengagungkan teknologi atau sains, manusia yang
memiliki pandangan ini akan menempatkan spiritualitasnya di posisi terendah
dalam hidupnya. Salah satu contoh manusia yang menggunakan positivisme sebagai
pandangan hidupnya adalah seorang laki-laki yang selalu menggunakan hand-phone meskipun ia sedang
melaksanakan sholat Jumat.
6. Reduksionisme
Reduksionisme sesungguhnya pasti terjadi
dalam kehidupan manusia, namun terkadang tak pernah disadari. Pandangan
reduksionisme mengungkapkan bahwa suatu hal dapat dipahami dengan
menyederhanakan atau mereduksi seluruh bagian kecil yang ada dalam hal
tersebut. Kegiatan reduksi pada hidup manusia dikarenakan keterbatasan yang ada
dalam diri manusia untuk memahami secara utuh segala hal yang ada di dunia.
7. Skeptisisme
Keraguan dalam diri manusia terkadang
akan muncul ke permukaan. Terlebih jika manusia dihadapkan pada pilihan yang
akan menentukan hidupnya kelak. Namun, bagaimana jika ada manusia yang selalu
dipenuhi keraguan dan ketidakpercayaan diri dalam hidupnya? Mungkin saja
manusia tersebut merupakan salah satu yang menjadikan skeptisisme sebagai
pandangan hidupnya. Pandangan ini sesungguhnya dapat bernilai positif atau
negatif. Poin positif dari pandangan ini yaitu menjadikan manusia berhati-hati
akan hal-hal baru yang mungkin akan menghampirinya. Sedangkan poin negatifnya
muncul dari segi keagamaan, dimana manusia seharusnya tidak boleh memiliki
keraguan sedikitpun ketika berurusan dengan Tuhannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa sesungguhnya hidup merupakan suatu hal yang pasti terjadi dalam diri
manusia. Hidup yang dipilih manusia pun bermacam-macam tergantung bagaimana
manusia memandang hidupnya. Tetapi, apapun pandangan hidup yang dipilih
manusia, entah hedonisme, reduksionisme, atau apapun, manusia hendaknya jangan
sekali-kali melupakan aspek spiritualitas. Karena bagaimanapun, spiritualitaslah
yang akan menjadikan hati manusia tenang dalam menjalani kehidupannya.
Selain itu, dalam hidup pun sebaiknya manusia bisa
selalu menerjemahkan dan diterjemahkan, seperti memahami siapa subyek dan siapa
obyek. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi suatu anomali dalam
kehidupan manusia. Tak lupa, manusia pun harus mampu menempatkan dirinya
tergantung pada ruang dan waktu dimana ia berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar