Tulisan ini merupakan refleksi dari
perkuliahan filsafat ilmu. Perkuliahan ini dilakukan pada tanggal 30 Desember
2015 dan merupakan pertemuan tatap muka terakhir mata kuliah filsafat ilmu
program studi pendidikan matematika kelas B dengan Prof. Marsigit. Seperti
biasa setiap awal perkuliahan dimulai dengan berdoa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing. Mungkin hal ini biasa terdengar di telinga kita.
Namun sesungguhnya hal ini memiliki esensi yang sangat mendalam, yaitu
toleransi antar umat beragama. Toleransi antar umat beragama merupakan suatu
upaya atau usaha saling menghargai dan menghormati sesama manusia meskipun
memiliki perbedaan agama.
Setelah itu, Prof. Marsigit menjawab
pertanyaan dari saudari Vincentia yaitu mengenai penggunaan motor gede menurut
sudut pandang Prof. Marsigit dan juga filsafat. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, Prof. Marsigit menceritakan memori-memori masa kecilnya yang menurut
saya sangat menginspirasi. Hidup dengan keterbatasan namun bahagia. Selain itu,
dalam cerita tersebut pun saya mendapatkan suatu pelajaran bahwa meskipun hidup
yang kita lalui penuh dengan segala keterbatasannya, tetapi kita harus kuat
untuk menghadapinya karena suatu saat akan ada pelangi setelah adanya badai.
Tidak hanya harus kuat dalam menghadapi hidup, kita pun harus mampu memahami
segala aspek psikologis yang ada dalam kehidupan ini karena kita hidup tidak
hanya sendiri tetapi berdampingan dengan orang lain.
Kembali kepada pertanyaan saudari
Vincentia, menurut Prof. Marsigit, menggunakan motor gede dapat dipandang
sebagai suatu perilaku hedonis. Namun di balik kehedonisan tersebut, banyak
sekali manfaat yang dapat diperoleh. Salah satunya adalah keselamatan di jalan
raya. DIsadari ataupun tidak, para pengguna motor gede cukup sangat dihormati
dan diperhatikan ketika berada di jalan raya. Perhatian yang ditunjukkan
orang-orang tersebut dapat membuat penggunanya justru menjadi merasa lebih aman
dan terlindungi. Tak hanya itu, menggunakan motor pun dapat membantu kita untuk
tidak terjebak dalam kemacetan di jalan raya. Prof. Marsigit kemudian
melanjutkan, bahwa menggunakan motor gede merupakan suatu eksperimen bagi
dirinya. Eksperimen yang dilakukan Prof. Marsigit dengan motor gedenya
merupakan suatu eksperimen bagaimana kehidupan hedonis serta pandangan
orang-orang terhadap pengendara dan juga motornya.
Dari setiap kisah Prof. Marsigit dengan
motor gedenya, ada satu hal yang sangat mengena di hati saya, ketika Prof.
Marsigit berkata bahwa bagi dirinya, seorang Professor tidak harus menggunakan
mobil terlebih dengan supirnya hanya karena dirinya seorang Professor, karena
gelar Professor hanyalah gelar yang harus dipertanggungjawabkan di ranah
akademik. Hal ini mengajarkan kepada saya bahwa setinggi apapun ilmu atau harta
yang dimiliki janganlah menjadikan diri kita tinggi hati, justru buatlah diri
kita bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain.
Terima kasih Prof. Marsigit atas segala
inspirasi dan ilmunya selama perkuliahan filsafat ilmu dalam satu semester ini.
Semoga ilmu yang Prof. Marsigit telah tuangkan akan selalu dapat saya amalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar