Selasa, 12 Januari 2016

Motor Bukanlah Pangkat - Refleksi Filsafat Ilmu

Tulisan ini merupakan refleksi dari perkuliahan filsafat ilmu. Perkuliahan ini dilakukan pada tanggal 30 Desember 2015 dan merupakan pertemuan tatap muka terakhir mata kuliah filsafat ilmu program studi pendidikan matematika kelas B dengan Prof. Marsigit. Seperti biasa setiap awal perkuliahan dimulai dengan berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Mungkin hal ini biasa terdengar di telinga kita. Namun sesungguhnya hal ini memiliki esensi yang sangat mendalam, yaitu toleransi antar umat beragama. Toleransi antar umat beragama merupakan suatu upaya atau usaha saling menghargai dan menghormati sesama manusia meskipun memiliki perbedaan agama.

Setelah itu, Prof. Marsigit menjawab pertanyaan dari saudari Vincentia yaitu mengenai penggunaan motor gede menurut sudut pandang Prof. Marsigit dan juga filsafat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Prof. Marsigit menceritakan memori-memori masa kecilnya yang menurut saya sangat menginspirasi. Hidup dengan keterbatasan namun bahagia. Selain itu, dalam cerita tersebut pun saya mendapatkan suatu pelajaran bahwa meskipun hidup yang kita lalui penuh dengan segala keterbatasannya, tetapi kita harus kuat untuk menghadapinya karena suatu saat akan ada pelangi setelah adanya badai. Tidak hanya harus kuat dalam menghadapi hidup, kita pun harus mampu memahami segala aspek psikologis yang ada dalam kehidupan ini karena kita hidup tidak hanya sendiri tetapi berdampingan dengan orang lain.

Kembali kepada pertanyaan saudari Vincentia, menurut Prof. Marsigit, menggunakan motor gede dapat dipandang sebagai suatu perilaku hedonis. Namun di balik kehedonisan tersebut, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh. Salah satunya adalah keselamatan di jalan raya. DIsadari ataupun tidak, para pengguna motor gede cukup sangat dihormati dan diperhatikan ketika berada di jalan raya. Perhatian yang ditunjukkan orang-orang tersebut dapat membuat penggunanya justru menjadi merasa lebih aman dan terlindungi. Tak hanya itu, menggunakan motor pun dapat membantu kita untuk tidak terjebak dalam kemacetan di jalan raya. Prof. Marsigit kemudian melanjutkan, bahwa menggunakan motor gede merupakan suatu eksperimen bagi dirinya. Eksperimen yang dilakukan Prof. Marsigit dengan motor gedenya merupakan suatu eksperimen bagaimana kehidupan hedonis serta pandangan orang-orang terhadap pengendara dan juga motornya.

Dari setiap kisah Prof. Marsigit dengan motor gedenya, ada satu hal yang sangat mengena di hati saya, ketika Prof. Marsigit berkata bahwa bagi dirinya, seorang Professor tidak harus menggunakan mobil terlebih dengan supirnya hanya karena dirinya seorang Professor, karena gelar Professor hanyalah gelar yang harus dipertanggungjawabkan di ranah akademik. Hal ini mengajarkan kepada saya bahwa setinggi apapun ilmu atau harta yang dimiliki janganlah menjadikan diri kita tinggi hati, justru buatlah diri kita bermanfaat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain. 

Terima kasih Prof. Marsigit atas segala inspirasi dan ilmunya selama perkuliahan filsafat ilmu dalam satu semester ini. Semoga ilmu yang Prof. Marsigit telah tuangkan akan selalu dapat saya amalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar