Senin, 07 Maret 2016

Struktur Hedonisme


Hedonisme berasal dari Bahasa Yunani, hedone, yang berarti kesenangan. Berangkat dari kata tersebut, maka hedonisme dapat didefinisikan sebagai suatu pandangan hidup yang memandang bahwa kebahagiaan manusia akan hadir jika manusia mencari kebahagiaan itu sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang akan menyakitinya.
Hedonisme lahir pada masa Yunani Kuno sekitar tahun 433 SM. Lahirnya hedonisme diawali oleh pertanyaan Sokrates mengenai apa sebenarnya tujuan akhir hidup manusia.
Pertanyaan tersebut kemudian menggugah pemikiran seorang filsuf dari Kyrene yang bernama Aristippus. Ia mengungkapkan bahwa manusia sejak kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Kemudian ia pun mengungkapkan bahwa akal manusia harus memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan, dimana kesenangan yang dimaksud adalah kesenangan badani (gerak dalam badan). Aristippus kemudian membaginya ke dalam tiga kemungkinan sebagai berikut:
1.  Gerak kasar, yaitu suatu keadaan yang menyebabkan ketidaksenangan
2.  Gerak halus, yaitu suatu keadaan yang membuat kesenangan
3.  Tiada gerak, yaitu suatu keadaan netral
Tidak hanya itu, Aristippus pun memandang kesenangan sebagai hal yang aktual atau terjadi kini dan di sini, bukan terjadi di masa lalu atau masa depan. Menurutnya, masa lalu hanya merupakan ingatan akan kesenangan dan masa depan merupakan sesuatu yang belum jelas.


Gambar 1. Tokoh-tokoh Aliran Hedonisme

Melanjutkan pendapat Aristoppus, Epikuros menyatakan bahwa tindakan manusia dalam mencari kesenangan merupakan kodrat alamiah. Epikuros pun menganggap apa yang baik adalah segala seseuatu yang mendatangkan kenikmatan, sedangkan apa yang buruk adalah segala sesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan. Namun, pengikut Epikuros atau dikenal dengan Kaum Epikurean, tidak membasi kesenangan tersebut dari sisi badani saja melainkan juga batiniah atau rohani. Kaum Epikurean membedakan kenikmatan atau keingginan menjadi tiga, yaitu keinginan alami yang perlu, keinginan alami yang tidak perlu, dan keinginan yang sia-sia. Keinginan yang akan memberikan kebahagiaan yang paling besar adalah keinginan yang pertama dalam diri manusia, namun pemenuhan keinginan tersebut haruslah dilakukan secara sederhana. Hal ini bertujuan demi tercapainya “ataraxia”, yang artinya ketenteraman jiwa yang tenang, kebebasan dari perasaan risau, dan keadaan seimbang. Selanjutnya, menurut Epikuros, manusia yang dapat mencapai “ataraxia” adalah manusia yang bijaksana, karena ia dapat memenuhi keinginannya tetapi dengan menghindari tindakan-tindakan yang berlebihan. Kaum Epikurean berpendapat bahwa kebahagiaan yang dituju adalah kebahagiaan pribadi dan berkumpul bersama para kawan akan lebih menguntungkan serta dapat membantu mencapai ketenangan jiwa.
Selanjutnya, pada abad ke-17 muncul kembali tokoh hedonisme baru, yaitu Jeremy Bentham. Tokoh dari Inggris ini meyakini bahwa dasar dari semua nilai-nilai tentang sebuah kebahagiaan dapat dipahami secara kuantitatif. Bentham juga mempercayai bahwa nilai-nilai kesenangan juga bisa ditambahkan oleh kesenangan-kesenangan lainnya yang dipengaruhi oleh panjangnya waktu sehingga tak hanya jumlah kesenangan saja yang dapat dinikmati, tetapi juga intensitasnya. Perhitungan kesenangan itu kemudian ia bagi ke dalam tujuh unsur, yaitu duration, intensity, extent, fecundity, certainly, propinquity, dan purity.
Setelah Jeremy Bentham, kemudian lahirlah John Stuart Mill. Menurut John, dalam kesenangan terdapat suatu level dan secara otomatis akan ada yang rendah hingga tinggi, dimana kesenangan yang tertinggi akan jauh lebih baik ketimbang level kesenangan yang terendah.
Jika dilihat perjalanan aliran ini, hedonisme pada awalnya memiliki arti yang positif, terutama pada masa Epikuros, dimana manusia hidup secara sederhana namun mampu untuk mendapatkan kebahagiaan. Namun pada saat kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, aliran ini mengalami pergeseran ke arah negatif dengan semboyan carpe diem yang artinya raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu hidup. Kebahagiaan pun dipahami sebagai kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam dan rasanya hal ini berlaku hingga masa sekarang.
Pergeseran makna hedonisme tampaknya cukup mewakili kehidupan remaja saat ini dimana baik disadari ataupun tidak, hedonisme menjadi fenomena yang sudah mewadah dalam kehidupan para remaja. Banyak remaja yang memiliki kecenderungan untuk memilih hidup yang enak, mewah, dan serba berkecukupan. Hedonisme yang seperti ini lebih banyak membawa dampak yang negatif, terutama bagi para remaja yang tidak didukung oleh finansial yang memadai, sehingga pada akhirnya para remaja tersebut mengambil jalan pintas untuk mendapatkan hal tersebut. Peristiwa ini muncul dikarenakan banyak faktor, diantaranya perkembangan teknologi yang tidak disertai dengan pengetahuan akan teknologi tersebut. Saat ini, hedonisme juga sudah dianggap sebagai budaya yang mengakar pada masyarakat.

Sumber:
http://bangpolitik.com/sejarah-singkat-terciptanya-hedonisme/
https://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme
https://en.wikipedia.org/wiki/Hedonism

http://pascamatematika.blogspot.co.id/2012/11/filsafat-hedonisme-gaya-hidup-masa-kini.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar